Di balik eksistensi KUSF San Francisco yang tetap kokoh hingga hari ini, terdapat sekelompok individu berdedikasi yang sering kali bekerja tanpa sorotan—para relawan. Mereka bukan hanya penyiar, teknisi, atau kurator musik; mereka adalah tulang punggung dari seluruh operasional stasiun yang kini berbasis digital ini.
KUSF memang dikenal sebagai stasiun radio kampus, tetapi pendekatannya jauh melampaui sekadar media mahasiswa. Sejak awal, KUSF telah membuka pintu bagi siapa saja yang ingin terlibat—baik dari lingkungan kampus maupun komunitas umum. Kehadiran para relawan ini memberi warna, perspektif, dan energi yang menjadikan KUSF tetap segar dan relevan dari waktu ke waktu.
Siapa Saja Para Relawan di KUSF?
Relawan KUSF datang dari latar belakang yang sangat beragam. Ada mahasiswa komunikasi yang ingin belajar praktik langsung, musisi lokal yang ingin mempromosikan suara alternatif, profesional muda yang rindu dunia siaran, hingga pensiunan yang ingin tetap aktif di tengah komunitas.
Mereka memiliki satu kesamaan: cinta terhadap media independen dan semangat untuk berbagi. Peran yang mereka ambil pun tidak hanya terbatas pada penyiaran. Beberapa bertanggung jawab atas manajemen konten digital, riset musik, desain promosi, hingga mengelola acara komunitas.
Pendekatan lintas generasi ini menjadikan suasana kerja di KUSF dinamis, kolaboratif, dan sangat mendidik. Setiap relawan membawa perspektif baru yang memperkaya isi siaran sekaligus memperkuat koneksi dengan audiens.
Pengalaman Belajar yang Autentik
Berbeda dengan lingkungan media komersial yang sering kali sangat terstruktur, KUSF memberi ruang eksplorasi yang luas bagi para relawannya. Mereka bebas bereksperimen dengan format siaran, mencoba gaya penyampaian yang berbeda, hingga mengeksplorasi genre musik yang jarang mendapat tempat di radio mainstream.
Bagi banyak mahasiswa dan penyiar muda, KUSF menjadi tempat pertama mereka belajar “real radio.” Mereka belajar bagaimana menyusun rundown, memahami audiens, hingga menangani siaran langsung yang menuntut ketangkasan berpikir. Tak sedikit alumni KUSF yang kemudian meniti karier di industri media profesional berbekal pengalaman berharga dari sini.
Namun lebih dari sekadar pelatihan teknis, relawan KUSF juga belajar tentang kerja tim, pengelolaan komunitas, dan tanggung jawab sosial dalam penyiaran. Ini adalah pelajaran yang tidak selalu diajarkan di ruang kelas, tapi sangat dibutuhkan di dunia nyata.
Budaya Inklusif yang Mengakar
KUSF selalu menjaga nilai inklusivitas, baik dalam konten maupun struktur organisasinya. Tidak ada hierarki yang kaku antara penyiar senior dan relawan baru. Semua didorong untuk berbagi ide, memberi masukan, dan terlibat aktif dalam pengambilan keputusan program.
Kultur ini menciptakan rasa memiliki yang kuat di antara relawan. Mereka tidak merasa sekadar “membantu,” tetapi benar-benar menjadi bagian dari sesuatu yang berdampak. Hal ini pula yang membuat banyak relawan tetap terlibat bahkan setelah bertahun-tahun lulus dari kampus atau pindah ke kota lain.
Cerita yang Menginspirasi
Banyak kisah menarik muncul dari balik layar KUSF. Seorang penyiar yang memulai sebagai relawan musik jazz kini menjadi kurator festival tahunan. Ada juga mantan mahasiswa teknik yang awalnya tertarik dengan sistem suara, kemudian menjadi produser podcast independen.
Kisah-kisah ini membuktikan bahwa pengalaman sebagai relawan di KUSF tidak hanya memberikan skill, tetapi juga membuka jalan menuju karier, pertemanan, dan kadang bahkan perubahan arah hidup.
KUSF bisa saja berubah dari siaran FM menjadi platform digital. Namun semangatnya tidak pernah berubah, karena dijaga oleh orang-orang yang percaya bahwa media bisa menjadi alat pemberdayaan. Para relawan inilah yang menjaga nyala KUSF tetap terang—dengan dedikasi, kreativitas, dan semangat tanpa pamrih.
Tanpa mereka, KUSF bukanlah apa-apa. Dan karena merekalah, KUSF akan terus hidup dan tumbuh, menjadi ruang bagi suara-suara yang butuh didengar di tengah riuhnya dunia media hari ini.